Cerpen



Cerpen Tentang Pemuda yang Sukses
Suara mesin pesawat  makin lama makin terdengar keras, pertanda akan landasnya pesawat. Benar saja 15 menit kemudian pesawat mendarat, terlihat seorang pemuda yang berpakaian necis, dengan postur tubuh tinggi, berperawakan kurus, kulit sawo matang, keluar dengan gagahnya menuruni anak tangga pesawat itu.
                Dia adalah Muhammad Usman, seorang yang dulunya hanya pemuda biasa yang kedua orang tuanya bekerja sebagai petani, di sawah  orang itu, kini telah menjadi komisaris perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Dia berusaha dengan sangat keras untuk mendapatkan semua ini, tentu saja ia menemui halangan lebih saat ia harus bersaing dengan ratusan pelamar berduit, anak bos, maupun profesional. Dia harus melawan semua cacian, deraan, juga tolakan yang sangat keras karena dia bukan berasal dari golongan berada.
                Enam tahun yang lalu, dia bersusah payah untuk membayar biaya kuliahnya, itupun harus ditunda 4 semester karena tidak adanya dana, namun Usman tetap bersikukuh ia ingin mengangkat derajat orang tuanya, derajat dirinya juga.Setiap harinya dia bekerja tak kenal lelah, kalau tidak kuliah ia bekerja sebagai kuli bangunan, kuli angkut di pasar, bahkan ia pernah jadi tukang cuci piring di rumah makan, namun Usman tak pernah mengeluhkan hal itu, ia yakin bahwa Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya.
Usman juga harus bersaing dengan keminderan dia diantara teman – temannya yang pergi kuliah menggunakan mobil keluaran terbaru, baju seharga ratusan ribu, sedangkan Usman, Ia hanya punya lima kemeja, itupun pemberian dari orang yang kasihan padanya.  Cobaan Usman tidak berhenti sampai disitu,  pada semester ke empat ibunya jatuh sakit, dan uang yang dikumpulkannya digunakan untuk mengobati sakit ibunya, Usman akhirnya memutuskan untuk menunda kuliahnya. Setelah dua tahun penuh ibunya  melakukan perawatan, dan tidak ada hasil apapun, ibunya meminta untuk pulang saja. Usman awalnya tidak setuju namun ia adalah seorang anak yang sangat berbakti pada orang tuanya. Dua hari kemudian ibu Usman dibawa pulang.
Namun Tuhan berkehendak lain, tiga minggu setelah kepulangan Ibunya, dari rumah sakit, kini Ibunya harus pulang lagi ke rumah Allah, dimana tidak ada penderitaan disana. Usman sangat – sangat kacau tidak tau harus berbuat apa, setelah kehilangan Ibu yang sangat dicintainya itu, namun Usman ingat sabda Nabi “dan janganlah engkau berlarut – larut (meratap) pada kesedihanmu, juga firman Allah “Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama orang – orang yang sabar”.
Akhirnya Usman bangkit kembali untuk mendapatkan apa yang selama ini Ia impikan, untuk membahagiakan Ibunya di surga, juga Ayahnya yang kini telah renta.  Pernah suatu ketika Usman terlalu lelah bekerja, ia jatuh sakit dan sekitar empat minggu tidak sadarkan diri, tapi syukurlah Tuhan punya rencana yang begitu indah untuk Usman. Memang benar kata pepatah “Proses tidak akan pernah mengkhianati hasil” dan itu telah dibuktikan dengan keberhasilan yang diraih Usman saat ini.

Komentar