Semburat Senja

Sore ini ku duduk bersila depan teras
Beristirahat sejenak dari hidup yang keras
Merenungkan kembali apa yang ku pilih
Dengan hujan yang masih bersuara lirih


Rintik yang masih terus saja turun
Seakan, mengisahkan kenangan beruntun
Saat aku mengabaikan semuanya
Dan memilih jalan yang tak sama


Sesosok bayangan hidup dalam gerimisnya hujan
Aku tau, itu aku saat kita masih sejalan
Bayangan itu kini merasuk terasa sesak dalam dada
Mengajakku untuk kembali padanya


Tersesat aku dalam rimbanya jenggala
Gelap, tanpa ada setitik cahaya
Semakin dalam, semakin ku terlupa
Dimana titik awal aku berada


Keputusan yang sebenarnya masih segitiga
Entah bagaimana mulanya
Aku sampai disini, di tempat ini
Dan menyadari arti cinta sejati


Pada akhirnya aku aku tau
Bahwa cinta tidak selalu kamu
Bahwa sayang bukan kekang
Bahwa kamu ternyata rindu


Seseorang datang, mengejutkan dalam lamunanku
Menyapaku lalu mengajakku untuk beranjak
Bercerita tentang kisahnya dulu


Bagaimana ia bisa sampai jua
Pada tempat suci yang mengekang jiwa
Menetapkan suatu aturan taat
Yang semuanya harus tunduk dengan alasan niat


Banyak awam yang menyebut penjara suci
Sinonim untuk tempat penampungan anak nakal
Bagi sebagian yang lain begitu
Ada yang menyebutnya sebagai tempat pelarian


Bagaimana denganku???
Yang hanya seorang gembala yang ingin mencari sesuatu
Tak tau menau akan tujuanku
Yang pasti untuk menjemput jalan takdirku


Perlahan - lahan hujan menghentikan tangisannya
Menebarkan semerbak aroma bunga
Membuatku kembali pada sadarku
Berjalan kembali, hidup kembali sambil memikirkan kembali keputusanku

Komentar